GAGAL JANTUNG akut (acute HEART FAILURE)
A.
Pengertian.
Gagal jantung akut merupakan
hasil dari kegagalan ventrikel kiri, mungkin karena infark miokard, disfungsi
katup, atau krisis hipertensi. Kejadian berlangsung demikian cepat di mana
mekanisme kompensasi menjadi tidak efektif,
kemudian berkembang menjadi edema paru dan kolaps sirkulasi ( syok
kardiogenik ). ( juni wajan, 2010 )
B.
Insiden
Gagal jantung dapat di alami
oleh setiap orang dari berbagai usia. Misalnya neonatus dengan penyakit jantung
kongenital atau orang dewasa dengan penyakit jantung arterosklerosis, usia
pertengahan dan tua sering pula mengalami kegagalan jantung (Ni Luh Gede
Yasmin, 1993)..
C.
Patofisiologi
Jantung yang
normal dapat berespons terhadap peningkatan kebutuhan metabolisme yang menggunakan
mekanisme kompensasi yang bervariasi untuk mempertahankan kardiak output. Ini
mungkin meliputi: respons sistem syaraf simpatetik terhadap baro reseptor atau
kemoreseptor, pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuikan
terhadap peningkatan volume, vasokonstyrinksi arteri renal dan aktivasi sistem
renin angiotensin serta respon terhadap serum-serum sodium dan regulasi ADH
dari reabsorbsi cairan.
Kegagalan
mekanisme kompensasi di percepat oleh adanya volume darah sirkulasi yang di
pompakan untuk menentang peningkatan resisitensi vaskuler oleh pengencangan
jantung. Kecepatan jantung memperpendeka waktu pengisian ventrikel dan arteri
koronaria, menurunnya kardiak ouput menyebabkan berkurangnya oksigenasi pada
miokard.
Peningkatan
tekanan dinding pembuluh darah akibat dilatasi menyebabkan peningkatan tunutan
oksigen dan pembesaran jantung (hipertropi) terutama pada jantung iskemik atau
kerusakan, yang menyebabkan kegagalan mekanisme pemompaan.
Kegaglan jantung dapat di
nyatakan sebagai kegagalan sisi kiri atau sisi kanan jantung. Kegagalan pada
salah satu sisi jantung dapat berlanjut dengan kegagalan pada sisi yang lain
dan manifestasi klinis yang sering menampakan kegagalan pemompaan total.
Manifestasi klinis dari gagal jantung kanan adalah: edema, distensi vena,
asites, penambahan berat badan, nokturia, anoreksia, peningkatan tekanan atrium
kanan, peningkatan tekanan vena perifer.
Manifestasi klinis dari gagal
jantung sisi kiri adalah: dispnea on effort, orthopnea, sianosis, batuuk, dahak
berdarah, lemah, peningkatan tekanan pulmonari kapiler, peningkatan tekanan
atrium kiri.
D.
Mekanisme hipertensi meningkatkan resiko
Bila kebanyakan pembacaan tekanan diastole tetap pada atau
di atas 90 mmHg setelah 6-12 bulan tanpa terapi obat, maka orang itu di anggap
hipertensi dan resiko tambahan bagi penyakit jantung koroner.Secara sederhana di katakan
peningkatan tekanan darah mempercepat arterosklerosis dan arteriosklerosis
sehingga ruptur dan oklusi vaskuler terjadi sekitar 20 tahun lebih cepat
daripada orang dengan normotensi. Sebagian mekanisme terlibat dalam proses
peningkatan tekanan darah yang mengkibatkan perubahan struktur di dalam
pembuluh darah, tetapi tekanan dalam beberapa cara terlibat langsung.
Akibatnya, lebih tinggi tekanan darah, lebih besar jumlah kerusakan vaskular.
E.
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gagal Jantung
1. Pengkajian
a. Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di
dapatkan Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat
beraktivitas).
b. Sirkulasi
Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF,
Tekanan darah tinggi, diabetes melitus.
Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin
normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia.
Suara jantung , suara
jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan
terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya.
Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau
muskulus papilaris yang tidak berfungsi.
Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy
atau bradi cardia).
Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal.
Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles
mungkin juga timbul dengan gagal jantung.
Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
c. Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
d. Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit,
berkeringat banyak, muntah dan perubahan berat badan.
e. Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat
melakukan aktivitas.
f. Neoru sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
g. Kenyamanan
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan
beristirahat atau dengan nitrogliserin.
Lokasi nyeri dada bagian depan
substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah.
Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang
sangat yang pernah di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan
wajah yang menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak
mata, perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit
serta tingkat kesadaran.
h. Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa
aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis.
Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau
cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih
atau juga merah muda/ pink tinged.
i. Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi
yang tak terkontrol.
j. Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit
jantung, diabetes, stroke, hipertensi, perokok.
k. Studi diagnostik
ECG menunjukan:
adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi, gelombang T inversi atau
hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan
adanya nekrosis.
Enzym dan isoenzym
pada jantung: CPK-MB meningkat dalam
4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan
mencapai puncak pada 36 jam.
Elektrolit:
ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan
kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
Whole blood cell: leukositosis
mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.
Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses
penyakit paru yang kronis atau akut.
Kolesterol atau
trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya
arteriosklerosis.
Chest X ray: mungkin
normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikuler.
Echocardiogram:
Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing
ruang pada jantung.
Exercise stress test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi
terhadap suatu stress/ aktivitas.
2. Diagnosa keperawatan dan rencana tindakan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan
jantung
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan
mampu menunjukan adanya penurunan rasa nyeri dada, menunjukan adanya penuruna
tekanan dan cara berelaksasi.
Rencana:
1. Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri.
2. Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi,
kesadaran).
3. Anjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri
dada.
4. Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman.
5. Ajarkan dan anjurkan pada pasien untuk melakukan tehnik
relaksasi.
6. Kolaborasi dalam:
- Pemberian oksigen.
- Obat-obatan (beta blocker, anti angina, analgesic)
7. Ukur tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan pengobatan dengan
narkosa.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada
miokard.
Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunnjukan
peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama
dalam batas normal) tidak adanya angina.
Rencana:
1. Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan
sesudah melakukan aktivitas.
2. Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih
dahulu.
3. Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air
besar.
4. Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh
dilakukan oleh pasien.
5. Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisiki bahwa aktivitas
melebihi batas.
c. Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan
perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunya preload atau
peningkatan SVR, miocardial infark.
Tujuan: tidak terjadi penurunan cardiac output selama di lakukan
tindakan keperawatan.
Rencana:
1. Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan pada
posisi berdiri, duduk dan tiduran jika memungkinkan).
2. Kaji kualitas nadi.
3. Catat perkembangan dari adanya S3 dan S4.
4. Auskultasi suara nafas.
5. Dampingi pasien pada saat melakukan aktivitas.
6. Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi
kafeine.
7. Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian
obat-obatan anti disritmia.
d. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan
penurunan tekanan darah, hipovolemia.
Tujuan: selama dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi
penurunan perfusi jaringan.
Rencana:
1. Kaji adanya perubahan kesadaran.
2. Inspeksi adanya pucat, cyanosis, kulit yang dingin dan penurunan
kualitas nadi perifer.
3. Kaji adanya tanda Homans (pain
in calf on dorsoflextion), erythema, edema.
4. Kaji respirasi (irama, kedalam dan usaha pernafasan).
5. Kaji fungsi gastrointestinal (bising usus, abdominal distensi,
constipasi).
6. Monitor intake dan out put.
7. Kolaborasi dalam: Pemeriksaan ABG, BUN, Serum ceratinin
dan elektrolit.
e. Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan excess berhubungan
dengan penurunan perfusi organ (renal), peningkatan retensi natrium, penurunan
plasma protein.
Tujuan: tidak terjadi kelebihan cairan di dalam tubuh klien selama
dalam perawatan.
Rencana:
1. Auskultasi suar nafas (kaji adanya crackless).
2. Kaji adanya jugular vein
distension, peningkatan terjadinya edema.
3. Ukur intake dan output (balance cairan).
4. Kaji berat badan setiap hari.
5. Najurkan pada pasien untuk mengkonsumsi total cairan maksimal
2000 cc/24 jam.
6. Sajikan makan dengan diet rendah garam.
7. Kolaborasi dalam pemberian deuritika.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C
long. (1996). Perawatan Medical Bedah. Pajajaran Bandung.
Carpenito J.L. (1997). Nursing Diagnosis. J.B Lippincott. Philadelpia.
Carpenito
J.L. (1998.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 EGC. Jakarta.
Doengoes,
Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3
EGC. Jakarta.
Hudack &
Galo. (1996). Perawatan Kritis.
Pendekatan Holistik. Edisi VI, volume I EGC. Jakarta.
Junadi,
Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Media
aesculapius Universitas Indonesia. Jakarta.
Kaplan,
Norman M. (1991). Pencegahan Penyakit Jantung Koroner.
EGC Jakarta.
Lewis T.
(1993). Disease of The Heart. Macmillan. New York.
Marini L. Paul. (1991). ICU Book. Lea & Febriger. Philadelpia.
Morris D. C.
et.al, The Recognation and treatment of Myocardial Infarction and
It’sComplication.
Pusat
Pendidikan Tenaga Kesehatan. (1993). Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Krdiovaskuler. Departemen Kesehatan. Jakarta.
Tabrani. (1998). Agenda
Gawat Darurat. Pembina Ilmu. Bandung.
(1994). Pedoman
Diagnosis Dan Terapi Ilmu Penyakit Jantung. Fakultas Kedokteran Unair &
RSUD dr Soetomo Surabaya
diperbanyak lagi jurnalnya yg gratis ya...sangat bermanfaat makasih banyaakkkkkk
BalasHapus